Kertas Kosong

Sunyi yang selalu menemani malam ku beserta nyanyian jangkrik di sekelilingku. Hampa sudah terasa, pupus sudah smuanya dan kini ku hanya mengharapkan kenangan yang telah sirna itu.
“Dooorrr….!”
Seketika lamunanku terhanti mendengar suara yang membuat bising telingaku, membuat keramamaian dalam kesunyian ku. Ku berlari mengikuti suara itu tapi yang ku lihat Bang Dani kakak ku satu-satunya yang sudah terlentang di depan pintu. Ku dekati Bang Dani dan ku rangkul ke kamar, ku selimuti dan ku biarkan dia beristirahat.
Di ruangan sunyi itu lagi ku menatap langit-langit loteng serta mengikuti arah si mata-mata alias cicak mencari daerah persembunyiannya. Suasana itu mengikatkan ku pada suasana yang sangat memilukan. Di saat nenekku tersayang pergi dan takkan kembali lagi, sampai-sampai emosi ayah sering tak terkontrol sampai-sampai sering terjadi pertengkaran dan akhirnya ibu dan ayah bercerai, dari kejadian itulah Bang Dani mulai frustasi dan kalut terhadap apa yang dilakukannya, dan akhirnya Bang Dani sering mab*k-mab*kan dan pulang lewat tengah malam.
Pagi yang cerah dengan sinar sang surya serasa memeluk tubuhku. Kicauan burung di sepanjang jalan sehingga membuat ramai perjalanan ku ke kampus. Mobil klasik bergayakan kodok tiba-tiba berhenti di sampingku.
“Hei Fell, bareng ke kampus yuk” ajak Reno dengan wajah yang berseri membuat aku makin terkesima degan ketampanannya
“Eh.. Ya.. nggak.. hmm. Makasih Ren..” dengan gugupnya aku menjawab.
“Gimana sih Fel, nggak ya nggak ya apa sih? Ayolah Fell masuk aja” ajak Reno.
“Oke deh Ren” akhirnya aku masuk ke mobil Reno dengan gaya klasik 70-an itu.
“Kenapa senyum-senyum gitu Fell?” Tanya Reno yang semakin membuat aku mandi keringat.
“Eh, gak apa-apa Ren, emang nggak boleh ya gue senyum?” Tanya ku balik menantang Reno.
“Ngak apa-apa atuh Fell, elu cantik lagi kalo lagi senyum-senyum sendiri, hehe” Ketawa Reno ngakak.
“Huuh, elu kira gue gila apa?” jawabku jengkel.
Perjalanan dengan Reno telah ku tempuh pagi itu dan akhirnya kita sampai di parkiran kampus. Selanjutnya kita berjalan ke kelas masing-masing, walaupun kita beda kelas di jurusan dan universitas yang sama, tapi kita sering tegur sapa dan canda gurau bersama.
Sesampai ku di kelas langsung ku letakkan tas dan bergabung dengan teman-teman yang lainnya yang penuh nano-nano pembicaraan. Ada yang bigos alias biang gosip, ada yang curhat cinta-cintaan dan ada pula yang lucu bikin ngakak. Walaupun belum semuanya yang hadir tapi pagi itu sudah dipenuhi dengan gelak tawa, sampai akhirnya lengkap dengan dosen sekalipun.
Kembali lagi dengan kesunyian di rumah yang begitu dingin yang ditemani si mata-mata lagi. sore ini ku jalani hidupku dengan nonton pensi yang romantisan sebagai penghibur hati. Sedangkan Bang Dani sedari tadi belum juga puang kuliah, karena papa jarang memperhatikan kita dan sibuk dengan pekerjaannnya jadinya Bang Dani sering keluyuran dan mabuk-mabukkan.
Aku merindukan kisah dulu yang penuh dengan kehangatan keluarga, tak ada pertengkaran, tak ada kesunyian dan tak ada bau busuk alkohol dari mulut Bang Dani. Mungkin hanya aku saja yang bisa sabar dalam hal ini, walaupun nilaiku sedikit turun tapi tak membuat semangatku pudar untuk menggapai impianku.
Walaupun nenek sudah meninggal tapi motivasi dari nenek tak pernah terlupakan bagiku untuk menjadi arsitektur profesional di Jepang nanti, yang bisa merancang gedung-gedung impian serta tidak merugikan bagi bangsa dan negara.
Bunyi handphone yang membuat jantungku berdetak kencang itu mengejutkan ku. Entah siapa yang mengirim pesan singat yang membuat jantungku menjadi tak karuan. Ku lihat handphone ternyata 1 pesan dari Reno.
“Sore Fell, oya mau gak makan malam bareng gue? Lez ya”
Pesan itu membuatku salah tingkah dan membuat keringatku sebesar biji jagung.
Dengan malu-malunya ku membalas pesan dari Reno, dan kebetulan malam ini aku sendirian di rumah.
“Iya Ren, gue mau kok” Balasan pesan dari ku.
Beberapa menit kemudian datang lagi pesan dari Reno.
“Oke Fell, ntar malam gue jemput elu jam 08.00 WIB ya”
“Iya Ren, gue tunggu, sampai jumpa” Balasku pesan singkat via SMS itu.
Malampun datang menghampiri janjiku dengan Reno. Selesai mandi ku berdandan secantik mungkin, entah apa yang membuatku berdandan berlebihan tapi itu malah membuatku bahagia tak karuan.
Tibalah saat yang di tunggu-tunggu, suara mobil kodok Reno sudah terdengar dari kamarku. Reno mengetuk pintu rumah dan kami dipertemukan di pintu malam itu.
“Waw… tumben elu cantik Fell…? Pasti mau jalan sama gue ya…? Hahaha” Reno bicara dengan wajah yang kagum.
“Ah, elu bisa aja Ren, tapi gue lihat elu tumben rapi banget? Pasti mau jalan bareng gue juga ya?” balas ku balik perkataan Reno.
“Kok elu tau sih?” Reno cengengesan.
“Ayo Ren kita berangkat” Ajakku sama Reno.
“Tak sabar elu ya? Emang Bokap elu mana? Gue mau minta izin dlu sma camer gue” Gaya Reno dengan melihat ke dalam rumah.
“Ah, apaan sih, Bokab gue lagi ada dinas malam, jadi gue sendirian di rumah”
Setiba di mobil Rino kita bercerita-cerita bertukar kisah dan bak air mengalir tak terasa ternyata sampai juga di caffe favorite anak muda kota ini, dan sungguh tak ku duga semua tempat sudah terisi dengan pasangan muda-mudi dan remaja-remaja lainnya. Untung saja masih ada satu tempat tersedia di pojok bagian belakang.
Sedang melihat menu tak sengaja ku lihat sosok wanita yang selama ini ku rindukan dengan seorang pria yang entah siapalah pria itu. Dengan penasarannya kulihat lah kesana dengan alasan yang ku bilang sama Rino pergi ke toilet. Dan yang lebih tak ku sangka sosok pria itu adalah papaku sendiri.
Sejenak ku lupakan hal itu dan menikmati makan malam pertamaku dengan Rino.
“Fell, ternyata asyik juga ya makan malam bareng elu, gue jadi mood makan lihat wajah elu” Gombalan Rino.
“Elu bisa aja Rin, tapi gue juga gak nyangka bisa makan malam bareng elu” Jawabku malu.
Canda gurau pun berlalu dengan penuh gelak tawa dan keakraban. Tiba saatnya untuk mengakhiri makan malam yang indah ini, dan diperjalanan pulang tak sengaja Rino memegang tangan ku sehingga terjadilah adu mata antara kita.
“Eh sorry Fell, oh ya sebenarnya ada yang mau gue bicarakan sama elu” Rino bicara dengan agak serius.
“Mau ngomong apa elu Rin? Sepertinya penting banget nih” kataku dengan lagak bercanda.
“Gue serius Fell, elu jngan becanda mulu lah Fel” Rino meyakinkanku.
“YA deh, elu mau bilang apa”
“Gue sayang elu Fell” perlahan Rino bicara.
Aku tak tau harus berkata apa lagi, perkataan Rino membuatku salah tingkah. Tapi untung saja perjalanan sudah sampai di rumah ku dan Rino memberhentikan mobilnya.
“Makasih untuk malam ini Fell, hati-hati di jalan ya!” Ucapku sambil keluar dari mobilnya Rino.
“Ya sama-sama Fell” dengan wajah yang agak murung.
Setelah Rino pergi ku langsung masuk ke rumah dan kulihat papa lagi nonton sambil ngopi.
“Eh ada papa, seru acaranya pa?” tanyaku sambil senyum-senyuman.
“Acara apa Fell?” dengan wajah yang bingung.
“Acara makan malam bareng mama” Jawabku.
“Heh, darimana kamu tau Fell?” tanya papa.
“Kan kita makan di caffe yang sama pa, oh ya pa, papa udah baikan sama mama ya?”
“Ah kamu bisa aja Fell” Papa menjawab dengan salah tingkah.
“Ya udah pa, Felli mau tidur dulu ya pa, semoga papa tambah ganteng esok pagi, hehe” Ku akhiri pembiaraan malam itu dan ku terus berjalan ke kamar dan tidur.
Minggu ini ku telah menyelesaikan pekerjaan ku dari menyapu rumah sampai menyiapkan sarapan pagi seperti biasannya di hari minggu.
“Papa, Bang Dani, Felli udah siapin makan pagi ni, makan yuuk” Teriakku lantang memanggil papa dan Bang Dani.
Tak lama kemudian papa dan bang Dani sudah berada di meja makan dan kami sarapan pagi seperti biasannya walaupun tanpa kehadiran mama di meja bundar itu.
“Pa, Felli boleh nanya nggak?” ku awali pembicaraan.
“Papa udah ngelupain mama dalam hati papa?” Tanyaku.
Sontak papa dan bang Dani terkejut dengan pertanyaan ku yang tidak begitu mengagetkan, tapi entah mengapa papa dan bang Dani terkejut dengan pertanyaanku.
“Kenapa kamu nanya seperti itu?” tanya papa balik.
“Felli kangen mama pa, Felli pengen keluarga kita lengkap seperti dulu, Felli gak pengen bang Dani pulang lewat tengah malam terus dan Felli juga kangen masakan mama” jelasku.
“Iya pa, Dani juga udah bosan dengan suasana seperti ini, Dani udah bosan pulang malam terus dan Dani juga udah bosan jadi anak nakal yang kurang perhatian orang tua” Tambah bang Dani.
Papa mulai menjelaskan.
“Sebenarnya papa masih sayang sama mama kalian, papa juga merindukan kehadiran mama di dini, papa juga gak ingin anak-anak papa seperti sekarang yang jauh berubah dari sebelumnya.”
“Nah terus apa lagi pa? Papa balik aja lagi sama mama” bujuk bang Dani.
“Tak semudah yang kalian bayangkan” Jawab Papa murung.
“Emangnya kenapa pa? kan semalam papa udah kencan bareng mama, Felli juga yakin pasti mama merindukan kita”
“Iya tadi mama nitip pesan sama papa”
“Pesan apa pa?” tanya bang Dani.
“Mama nitip salam kangen dan kalian harus rajin kuliah” jelas papa
“Jadi kapan papa balik lagi sama mama?” tanya bang Dani.
“Papa belum bisa bicarakan itu sama kalian, pokoknya kalian harus rajin belajar dan kita tunggu saja waktu yang pas” jelas papa sambil mengunyah-unyah.
“ya deh pa” jawabku.
Berakhir juga sarapan pagi di meja bundar itu.
Siang pun datang, papa sibuk dengan aktivitas minggunya dan bang Dani pergi dengan teman-temannnya sedangkan aku sendirian lagi di rumah tanpa hiburan.
Beberapa saat kemudian rino datang dan mengajak ku pergi main, lalu kami pergi main ke salah satu musium tua tempat wisata yang penuh dengan asitektur menarik di kota ini. canda gurau pun terjadi lagi, dan kami melihat lihat sambil mempelajari lukisan dan rancangan dari gedung museum itu.
“Fel, kamu tau nggak kalau museum ini di bangun sejak ratusan tahun yang lalu dengan arsitektur terkenal pada zaman itu “Rino menjelaskan tentang museum itu.
“oh ya? gue baru pertama kali kesini lo rin” jawabanku
“iya fel! museum ini sudah lama loh didirikan, selama cinta ku pada mu” gombalan rino mulai kumat
“berarti beberapa menit yang lalu donk?” ledek ku
“gue serius fel, gue beneran sayang sama elu” spontan rino langsung bicara dengan memegang kedua tanganku
“elu apa-apaan she rin, gue jadi gugup ni…” sambil melepaskan pegangan rino
“tatap mata gue fel, gue beneran sayang ama elu, gue pengen l selalu di samping gue, gue juga pengen elu jadi pacar gue” rino mengungkapkan perasaan nya sambil memegang pundak ku
Aku gak tau apa yang harus ku jawab meski pun sebenarnya aku juga mengaguminya tapi karena rino bicara secepat itu tak ada kata yang bisa ku ucapkan dari mulut ini, rasanya mulut ku terkunci untuk katakan kalau aku mau jadi pacar mu dan aku juga menyayangi mu, tapi harus bagaimana lagi aku hanya bisa diam tanpa kata
“fell, kenapa elu diam! gue butuh jawaban elu sekarang fell” tambahan rino
“sebenarnya gue juga menyayangi elu rin, tapi…!” Mencoba mengatakan yang sebenarnya dengan rasa gugup
“tapi apa fell? cepat katakan jangan bikin gue penasaran” sahut rino
“tapiii…!” jawab ku lagi
“tapi apa sih fell..? “bantah rino yang lagi penasaran
“tapi gue juga mau jadi pacar elu rin” akhirnya dengan sedikit ke gugupan ku beranikan tuk mengatakan semua nya.
Tiba-tiba saja rino memeluk erat tubuh ku sehingga membuat ku susah bergerak Sambil berkata “gue gak tau apa yang harus gue katakan ama elu selain gue sayang elu and makasih yach fel elu dah mau ngasih kesempatan buat gue buktiin rasa sayang gue ama elu sebagai pacar lu”
Akhirnya status yang dulu berteman sekarang menjadi pacaran. Setelah kisah mengharukan itu terjadi kami pun melanjutkan memutari museum dengan penuh kemesraan bukan kekonyolan lagi.
Hari itu berlalu seakan terasa sangat cepat dan sore pun datang sehingga mengharuskan kami tuk pulang dan keluar dari museum itu…
Sejak kehadiran rino hari-hari ku yang dulu sepi kini terasa sangat berwarna. Sekarang aku merasa hidupku sangat lengkap ditambah lagi dengan kembalinya papa ke pelukan mama. Karena hal itu lah bang dani lebih sering di rumah dari pada keluyuran malam tak menentu. Aku sangat bahagia aku ngerasa dengan kehadiran rino membuat suatu keajaiban yang dapat mempersatukan keluargaku.
Ku yakin keajaiban selalu datang pada waktunya dan kini ku telah mendapatkan keajaiban itu dengan kehadiran mama dan Rino di kehidupanku.
“Terimasih Tuhan, Engkau telah memberikan apa yang ku mau pada waktunya, Terimakasih papa telah menghadirkan mama kembali, Terimakasih bang Dani udah menjagaku, dan terimakasih Rino telah menggores kertas kosongku selama ini”
Nama saya Mona Andriani. Saya adalah mahasiswi di salah satu fakultas kesehatan di Sumatra Barat, memang saya hobi menulis semenjak kelas 2 SMA. Karangan saya pernah terbit di salah satu koran sekolah yg berjudul Sesatku Demimu dan juga di majalah sekolah saya.
Cerpen Karangan: mona andriani
Facebook: mona andriani
Melalui surat ini saya ingin mengajukan tulisan cerpen saya yang berjudul ‘Kertas Kosong’. Kisahnya mengenai seorang gadis yang bingung menghadapi sebuah cobaan hidup karena bermasalah dalam keluarga, dan pada akhirnya berbuah manis dengan datangnya seorang yang didabakannya, sehingga membuat hidupnya bersemangat untuk memperbaiki keterpurukan keluargannya.
Besar harapan saya agar karangan ini diterima,terimakasih atas perhatiannya, berikut saya cantumkan data pribadi saya:
Nama: Mona Andriani
Tmpt/tgl lahir: Padang tarab/ 19 Mei 1994
Alamat: Jln Raya Bukittinggi-Payakumbuh km 14,5 Kec. Baso, Kab. Agam, Kota Bukittinggii
Salam,
Mona Andriani

No comments:

Post a Comment