Malam yang dingin di tengah suasana hati yang hening. Kalimat itu
mungkin tepat untuk menggambarkan perasaanku saat malam. Bagaimana
tidak, pagi hari kujalani biasa saja. Siang yang aku lalui tetap sama.
Dan malam selalu datang menghadirkan bayangan masalalu. Aku nggak mau
munafik karena di satu sisi “malam” adalah teman untukku. Namun di sisi
lain “malam” kerap datang menyiksaku sampai datang pagi yang mengusirnya
pergi. Entah apa maksud dari fenomena ini, tapi itulah HATI! takkan
pernah ada orang yang tau tentangnya kecuali pemiliknya sendiri.
Malam itu, dari balik kamar adik bungsuku. Aku mendengar suara yang
tak lain adalah suara dari handphone yang sedang aku charge. Aku
mengabaikan karena fikirku pasti itu kawan yang bertanya “kamu dimana?”
atau ajakan untuk keluar. Aku yang saat itu tengah asyik mendengarkan
lagu kesukaanku memilih menikmati setiap syair lagu yang kudengar
daripada harus check handphoneku. Aku memang begitu, mungkin itu juga
sebabnya banyak teman-temanku terkadang jengkel dengan sikapku yang
nggak jarang mengabaikan pesan atau telfon dari mereka. Beda halnya
ketika dulu aku menjalin hubungan spesial dengan seorang wanita. Aku
akan sakit kalau aku jauh dari handphone, makanya handphone selalu di
tangan. Hahahahaha hanya kiasan aja kok untuk menggambarkan kedekatanku
dengan handphone pada saat itu. Ooo yaa, beberapa jam aku menghayati
setiap syair lagu yang kudengar, aku memutuskan untuk check handphoneku.
Dan ya, Baterai Full adalah hal pertama yang kudapat sebelum akhirnya
aku mengaktifkan keypad yang tadinya terkunci. Disinilah awal segalanya…
Aku nggak tau siapa kamu dan darimana asalmu. Intinya aku nggak tau
sedikitpun tentang kamu. Dan aku yakin kamu juga begitu, nggak punya
sedikit informasi pun tentang aku. Kamu datang tiba-tiba dalam dunia
“blackberry” ku. Aku pun asal accept aja tanpa banyak mikir. Maklum, di
antara teman sebayaku aku terkenal sebagai anak yang paling banyak
fikiran terutama dalam hal sosial atau solidaritas. Jadi nggak ada
salahnya aku accept, nambah teman aja fikirku. Seperti biasa, setelah
berteman dalam dunia “blackberry” aku terbiasa check profil dari teman
baruku. Wanita berjilbab dengan senyum tenang, 3 rangkaian huruf menjadi
sebuah nama sudah cukup membuatku ingin tau lebih jauh siapa wanita
ini?
Tanpa fikir panjang kumulai layangkan serangkai kata untuk
menyapanya. And you know, tanpa menunggu lama aku telah mendapat balasan
darinya. “Sent Receive Sent Receive Sent Receive… Again and Again”.
Darisana aku dan dia mulai saling berbagi cerita. Saling tanya-tanya
sekilas profil aja menjadi tema awal dari chat kita. Setelah sama-sama
telah banyak melemparkan tanya, akhirnya titik terang untuk semakin
dekat dengannya mulai terlihat. Satu nama yang dia sebutkan ternyata
nggak lain adalah sahabat baikku, bahkan aku dan sahabatku yang
disebutkan dia itu telah mengikat tali saudara. So, kalaupun dia tidak
share tentang hal yang menurut dia nggak perlu untuk aku ketahui, aku
dengan mudahnya mendapat informasi itu dari sahabatku yang juga
temannya. Nggak adil sih, tapi ya begitulah aku. Apapun yang aku
inginkan pasti akan aku dapatkan! prinsip awal sekaligus motivasiku
untuk berbuat…
Hari demi hari aku lewati bersama dia dalam dunia “blackberry”. Dia
banyak memberiku pencerahan terlebih ketika aku memutuskan untuk jujur
tentang masa lalu yang aku jalani dulu. Masa lalu yang hitam, masa lalu
yang kelam, dan masa lalu yang sama sekali tak ingin kuulang. Wanita ini
menarik! bisikku dalam hati. Pernyataanku itu memang benar adanya,
karena disaat kebanyakan “wanita” berpenampilan menggoda iman, dia lebih
memilih bertahan dengan pakaian ala muslimah yang ia kenakan. Dan
sungguh menggoda hati. Aku memang nggak pernah secara langsung bertemu
dengannya, tapi perkataan sahabatku tentangnya sudah sanggup membuatku
percaya. Hal ini juga yang membuatku seakan gelisah menjalani hari tanpa
berkomunikasi dengannya. Kejujuran demi kejujuran mulai kulontarkan
padanya, sedikit demi sedikit semua keburukanku diketahui olehnya, tapi
itu tak membuatnya takut atau menjauhiku. Justru dia terus dan terus
memberikanku pemahaman akan kehidupan. Memberiku semangat untuk berubah,
membuaku tergerak untuk menjadi manusia yang lebih baik. Bukan cuma
itu, dia juga berwawasan cukup luas. Buktinya setiap perkataan atau
keluhan yang aku berikan kepadanya, dia selalu bisa memberikan tanggapan
berupa pengertian. Yang sangat membuatku kagum adalah ketika dia
memandang kehidupan dari sisi “Islam” yang merupakan Agama yang
alhamdulillah menjadi Agama yang kami anut setidaknya sampai detik ini.
Semoga selamanya, amin…
Banyak hal yang telah aku share ke dia, begitu juga dia. Tapi aku
yakin masih lebih banyak lagi yang aku nggak tau tentang dia. Sampai
suatu hari, aku memberanikan diri memintanya menemaniku mencari
“Nebulizer” untuk ayahku disebuah Health Shop. Meski telah kucari,
sedikit informasi yang kudapat tentang keberadaan Health Shop di kota
ini. “X Mall Lantai 1” adalah informasi tercepat yang kudapat.
Kusampaikan informasi itu kepadanya sebelum aku menuju ke kota.
Waktu itu, hari pagi terasa lama kujalani, malam yang datang inginku
cepat terlewati. Harapan melihat wajahnya telah tertanam dalam benakku.
Informasi tentang Health Shop tadi merupakan sebuah keyakinan untukku
karena informasi itu akan mewujudkan harapanku bertemu dan melihat
wajahnya. Chat and share dengannya masih kulakukan. Dinginnya udara
semakin menembus tulang kerempengku, gelapnya langit menjadi atap atas
diriku, dan kerasnya suara hewan malam adalah pertanda larut malam telah
datang. Handphone di tanganku berhenti berdering, aku check chat
terakhir yang kukirimkan kepadanya. Delivered, but not read. Aku fikir
dia telah tertidur, dan semoga dia tertidur. Kini aku sendiri, tanpa ada
teman lagi. Aku yang biasanya tersiksa kala sendiri, kini sedikit
berbeda. Kenangan masa lalu yang selalu datang saat aku sendiri terlebih
pada malam hari sepertinya absen atau mungkin tertangkis karena hayalku
akan hari esok ketika aku benar-benar menemuinya. Hmmm aku tersenyum,
ya aku berhayal. Sampai akhirnya lama berhayal mencoba menggambar senyum
di wajahnya membuatku tertidur merajut mimpi.
“Kukuruyuuuk… Kukuruyuuuk” sepintas terdengar suara ayam jantan
bangunkan aku dari mimpi. Kulihat jam dinding yang sengaja aku pajang di
kamar. Ini memang sudah pagi, ucapku setengah sadar. Lalu aku bergegas
menuju kamar mandi, dinginnya air yang membasahi tubuhku hangat
kurasakan. Kopi tanpa gula yang aku minum manis kurasakan. Sinar mentari
semakin terasa menyegarkan. Jam kini menunjukkan pukul 09.00 Wita,
artinya aku harus segera berangkat ke kota.
Kuambil tas punggung di meja kamar, lalu senyum orangtua mengantarku
pergi meninggalkan desa ini. Kini hati tak sabar lagi, rasanya ingin
segera bertemu dengan seorang wanita yang lama kubayangkan. Perjalananku
yang biasanya tak terasa lama kini beda. Aku menjadi lebih sering
melihat jam tangan yang kukenakan. Traffic Light yang menyala merah
pertanda berhenti selalu hadirkan gelisah dalam diriku. Dan saat itu aku
sungguh sedikitpun tak mengerti apa yang tengah aku rasakan. Hanya
pasrah menerima apa yang memang menjadi kenyataan.
Tak lama berselang tibalah aku di tempat tujuan. Aku yang menanti
akan saat-saat ini seharusnya bisa sedikit tenang. Kenyataan berkata
lain, hatiku justru semakin berdebar mendekati detik pertemuanku
dengannya. Hati yang berdebar semakin terasa berdebar sesaat setelah aku
mengabarkan kedatanganku ke kota tempat tinggalnya. Dan beberapa jam
kemudian aku dan dia membuat janji untuk bertemu di sebuah Mall di kota
itu, tetap dengan tujuan awalku. Sesampai di Mall, aku dan dia nggak
langsung ketemu. Maklumlah, Mall itu lumayan besar dan luas untuk sebuah
pertemuan kecil seperti ini. Untuk mempercepat proses pertemuan,
akhirnya aku dan dia sepakat untuk bertemu disebuah tempat di Mall itu.
Wooow… ketika aku telah bertemu dengan dia untuk pertama kalinya, semua
kata pujian sengaja aku simpan dalam hati. Dan sampai saat ini pun aku
yakin dia nggak tau tentang pujian itu. Aku yang dulunya hanya
membayangkan wayahnya saat ini berjalan di sampingnya. Health Shop yang
kami cari belum juga kami temui meski telah mengelilingi Mall. Mungkin
karena aku kurang menyukai keramaian dan mungkin juga karena aku takut
dia bosan. Aku dengan berat hati mengajaknya pulang. Sejujurnya aku
sangat menginginkan waktu yang lebih lama untuk bersama. Tapi ini
masalah konsistensi, tujuan awal mencari Health Shop adalah mutlak
tujuan awal. Jadi aku nggak punya alasan untuk menahannya lebih lama
bersamaku. Setiap langkah kaki kami menuju halaman parkir Mall itu
diiringi percakapan basa basi sampai aku mengantarnya tepat dimana dia
memarkir motornya. Itulah saat-saat yang memisahkan kami pada hari
pertama bertemu.
Hari-hariku setelah itu terasa sangat berbeda dari biasanya. Aku yang
biasanya termenung kini tersenyum. Ya, semuanya karena kehadirannya.
Seorang wanita berjilbab dengan tutur kata yang terjaga dan dengan
penampilan apa adanya telah mampu merubah hariku setidaknya pada waktu
itu hingga aku mengabadikan moment itu dalam tulisan ini. Keesokan
harinya, aku tanpa sengaja mengajaknya keluar untuk mencari angin.
Kebetulan saat itu juga dia sedang diluar. Aku menentukan titik
pertemuanku dengan dia untuk yang kedua kalinya. Kali ini aku dan dia
jalan dengan satu motor. Artinya aku dan dia bisa lebih dekat dengan
kesan sedikit romantis. Laju motor sengaja kupacu pelan agar bisa lebih
lama bersamanya. Namun tujuan dia adalah prioritas utama, dan setelah
tujuannya terpenuhi aku dan dia pun bingung mau kemana selanjutnya. Aku
tanya ke dia, dia justru bilang kemana aja. Aku yang bingung kembali
bertanya dengan pertanyaan yang sama kepadanya. Dan dia tetap dengan
jawaban yang sama. Karena kita sama-sama belum makan, dia menawarkan
untuk pergi ke suatu tempat yang nggak terlalu jauh dari jalur kami. Aku
pun setuju dengan sarannya. Sesampainya kami di tempat itu, aku dan dia
langsung memesan makanan dan minuman lalu menunggu di meja yang ia
pilih. Aku sih ngikut aja, yang penting kan bukan tempatnya dimana
asalkan sama dia. Lima belas menit menunggu, seorang waiter berjalan
mendekat membawa makanan yang kami pesan. Makanan telah siap dimakan,
minuman telah diminum pelan, aku dan dia pun terasa semakin akrab saja.
Sepulang dari tempat itu, chat and share masih tetap kami lakukan
hingga saat ini. Aku yakin dia menyimpan banyak cerita yang nggak akan
pernah sanggup ditulis. Tapi apalah daya, semuanya harus aku simpan
sendiri sebagai cerita manis dalam pahitnya kenyataan. Kenyataan yang
mengharuskan aku mengubah segala cerita indah menjadi duka dan mungkin
airmata sebagai lanjutannya. Betapa tidak, dia yang aku kagumi, ternyata
telah memiliki seseorang yang mengisi hatinya. Kini aku dihadapkan
dalam dua pilihan sulit antara bertahan dengan segala bentuk sandiwara
dalam sakitnya penantian ataukah pergi membawa cinta yang belum sempat
diucapkan dan berpura-pura berlaku tenang? Pertanyaan inilah yang selalu
menghantui fikiranku mulai dari saat itu sampai saat selesainya aku
tulis cerita ini…
Terima kasih telah hadir dalam hidupku…
Terima kasih telah mengusir gundah dalam hatiku…
Terima kasih untuk yang nggak sesuai harapan ini…
Terima kasih IIS SAFRIANI …
Semua ini sungguh akan menjadi kenangan indah dari kedekatan kita dan sengaja dituangkan dalam “Tulisan” sederhana oleh seorang penulis cerita.
Terima kasih telah hadir dalam hidupku…
Terima kasih telah mengusir gundah dalam hatiku…
Terima kasih untuk yang nggak sesuai harapan ini…
Terima kasih IIS SAFRIANI …
Semua ini sungguh akan menjadi kenangan indah dari kedekatan kita dan sengaja dituangkan dalam “Tulisan” sederhana oleh seorang penulis cerita.
Selesai…
Cerpen Karangan: Nicki R. Alpanchori
Facebook: Nicky Fals ( Untukmu Negeri )
Facebook: Nicky Fals ( Untukmu Negeri )
No comments:
Post a Comment