Sesak nafasku sesaat melihat seseorang sedang menggenggam tangannya
dengan erat, berambut ikal panjang, tinggi semampai, cara berjalannya
bagaikan macan lapar saja. Hanya berdua di taman dekat rumahku, tempatku
dan dia biasa bertemu. Dan kali ini dia tak bersamaku, namun bersama
seorang wanita yang tak aku kenal. Padahal hari ini ia ada janji untuk
bertemu denganku disini. Taman yang biasanya terlihat indah dan sejuk,
kini terasa kering kerontang dan panas karena pemandangan yang baru lima
detik ku lihat dengan dua bola mataku ini.
Aku terduduk lemas di bangku ayunan yang biasa kugunakan untuk
bercanda dengan wahyu. Di samping pohon cemara, yang tertutupi oleh
pohon mangga. Sesaat fikiran negatifku menjulang tinggi ke atas ketika
aku lihat hal ini, hatiku terasa seperti sedang diiris lalu dikucuri
oleh jeruk nipis. Otakku penuh dengan darah panas yang mengalir sangat
deras, di penuhi oleh fikiran negatif yang tak bisa di logika, jantung
yang aku punyai sudah berdetak sangat kencang, yang kurasakan sekarang
badanku mulai lemas dan tak kuat berdiri.
Siapa dia? Yang berjalan di samping Wahyu. Aku tak percaya dia tega
melakukan hal ini padaku, sampai disinikah cintanya padaku? Yang setiap
hari ia berkata sumpah bahwa ia mencintaiku dan tak akan pernah
melepaskanku walaupun segalanya terjadi, ucapan-ucapan manis yang selalu
dilontarkannya padaku. Janji setianya yang tak akan pernah ku lupakan
seumur hidupnya, bahwa hatinya telah buta kepada perempuan manapun
selain aku. Sumpah Qur’an yang di lakukannya di depanku hingga berulang
sampai lima kali terucap dari mulutnya. Apakah kupingku ini telah rusak
karena salah mendengar bahwa ia sudah bersumpah semanis itu, sehingga
aku sungguh terlalu mempercayainya hingga sekarang ini.
Setelah kemarin malam aku di antarkannya ke rumah sakit karena sakit
lambung yang ku derita, yang masih tergambar jelas bayangan ia kemarin
di waktu ia mengantarkan aku ke ruangan yang berwarna putih, yang ia
selalu saja memaksakan dirinya untuk ikut mengantarkan aku masuk ke
ruangan itu hanya karena ia ingin mengetahui makanan apa sajakah yang
tak boleh ku makan di waktu aku lemah seperti itu, dan ia bertanya
secara mendetail mengenai penyakitku, obat yang harus di tebus ke apotek
di tanyai nya pada dokter secara menyeluruh, dan ia mencatatnya. Di
apotek manakah ia harus membeli, di jam berapakah ia harus datang ke
rumahku untuk memastikan apakah aku sudah meminum obat secara sempurna,
ia tau semua hal yang harus dilakukannya, ia tau semuanya tentangku.
Sepulangnya aku di suapinya dengan semangkuk cemoe dan dua buah kue
kimyen isi ayam kesukaanku dengan penuh perhatian. Di saat aku mulai
mual dan makanan yang aku makan akan keluar dari perutku, ia selalu
menegakkan leher dan badanku, kepalaku tak boleh di tundukkan, masih
teringat dengan jelas saat itu tangan kirinya memegangi daguku agar aku
tetap tegak dan aku tak menunduk, hal itu membuat aku tak jadi
memuntahkan semua yang ku makan. Tangan kanannya memegang tanganku
dengan halus, agar aku kuat menahan rasa mual ku ini. Dengan kata-kata
lucunya, agar aku tertawa dan terhibur sehingga aku bisa melupakan rasa
sakit yang ku derita ini. Beberapa menit setelah itu aku tak lagi
merasakannya, mual yang tadi kurasakan hilang karena kata-kata lucunya
yang setiap detik mengiringi aku bernafas dan membuatku seakan-akan aku
sehat sekali. Setelah rasa itu hilang, ia kembali menyuapiku dengan
kata-kata lucunya lagi seperti, “6513 disini pilot helikopter tanpa
baling-baling, ngeeng… ngeeeng… helikopter ini kehabisan bahan bakar dan
akan segera mendarat di goa terdekat, harap bersiap… ciaa..!!”. kalimat
itulah yang di ucapkannya ketika ia menyuapkan satu sendok cemoe ke
mulutku.
Sendok dan mangkok cemoe itulah yang menjadi saksi bisu perhatiannya
terhadapku. Ia selalu melarangku pergi-pergi yang tidak begitu penting
bagiku, ia selalu marah sekali jika aku melanggarnya, tapi ia selalu
perhatian padaku jika terjadi sesuatu yang menimpaku seperti sekarang
ini. Ia melarangku karena ia kuatir dengan kondisi yang sekarang ini ku
derita. Jika ia melarang sesuatu kegiatanku, itu pasti ada alasan dan
maksudnya agar tak terjadi apa-apa dengan keadaanku. Pernah sesekali aku
melanggarnya, tapi sesuatu yang tak di inginkan benar terjadi padaku.
Dan ia tau apa yang harus di lakukannya padaku jika terjadi hal ini.
Ia paham segala hal mengenaiku, mulai dari kebiasaanku, tabiatku,
kepribadian yang kumiliki hingga semua mengenai hal-hal yang ku benci
ataupun hal-hal yang ku sukai. Ini kan yang di maksud dengan perhatian
dan kasih sayang? Ini kan yang disebut-sebut semua orang yang sedang
jatuh cinta sebagai “pengertian”? Bukankah ia sangat menyayangiku dengan
bukti yang sudah jelas tergambar seperti itu?. Pertanyaan semacam
inilah yang sekarang ini melanda otak dan fikiranku, ada saja prasangka
buruk dan pertanyaan aneh yang selalu saja bermunculan di otakku
sekarang.
Benarkah dia menyayangiku? Bersungguh-sungguhkah sumpahnya itu di
hadapanku? Atau hanya ucapan manisnya agar aku percaya dengannya? Agar
ia dapat mengelabuhiku dengan mudah? Mungkinkah benar seperti itu? Tapi
tentang pertanyaan mendetail tentang penyakitku? Tentang obatku? Dan
usahanya memegangi daguku agar tetap tegak? Helikopter tanpa
baling-baling yang kehabisan bahan bakar?.
Ah .. apa ini? Fikiran apa ini, apa maksud dari semua ini. Otak macam apa yang ku punyai ini? Aku sudah tak tahan dengan semua ini, lebih baik aku pulang saja daripada terus menangisi suatu fikiran yang sekarang sedang mengguncang otakku, dan aku sekarang harus kuat berdiri. Ya, berdiri dari ayunan ini. Aku sudah berdiri, dan selanjutnya aku akan membalikkan badan dan menganjakkan kaki meninggalkan semua kenanganku bersamanya.
Ah .. apa ini? Fikiran apa ini, apa maksud dari semua ini. Otak macam apa yang ku punyai ini? Aku sudah tak tahan dengan semua ini, lebih baik aku pulang saja daripada terus menangisi suatu fikiran yang sekarang sedang mengguncang otakku, dan aku sekarang harus kuat berdiri. Ya, berdiri dari ayunan ini. Aku sudah berdiri, dan selanjutnya aku akan membalikkan badan dan menganjakkan kaki meninggalkan semua kenanganku bersamanya.
Selamat tinggal sayang semoga kau bahagia bersamanya. Mungkin dia
memang lebih baik dariku, dan satu yang perlu kau tau bahwa air mata ini
adalah air cinta kasihku padamu yang takkan pernah kering selamanya
walaupun aku tak memilikimu lagi. Aku sangat menyayangimu, selamat
tinggal sayangku. Kau kan selalu ada di hatiku, dan cinta ini tak akan
pernah pudar walaupun di telan waktu. Ingatlah sayang, di saat kau pergi
dengan yang lain aku rela menjauh demi kebahagiaanmu. Namun jangan
pernah berfikir, aku akan membencimu. Dan disaat kau merasa kesepian,
datanglah padaku karena kebahagiaanku bukan di saat memilikimu, tetapi
di saat melihat senyum dan tawamu.
Tolong bantu aku melupakan semua kenangan ini, aku tak sanggup
berdiri dan meninggalkan tempat ini. Aku pasti bisa, aku harus berusaha
menghapus air mata ini. Dan sekarang aku sudah membalikkan badan, hanya
tinggal membuka mataku perlahan lalu menghapus air mata kepedihan ini.
Berat sekali rasanya, ku tak sanggup membukanya. Hancur sudah perasaanku
jika ku buka mata ini. Namun perlahan mulai terbuka, iya aku bisa, aku
tak boleh menyerah begitu saja, ayolah mengeringlah air mataku. Dan
sekarang ku sudah membuka mataku dan…
“happy birthday to you…”
“happy birthday to you…”
“happy birthday, happy birthday, happy birthday lovely…”
“selamat ulang tahun…”
“selamat ulang tahun…”
“selamat ulang tahun sayang.. selamat ulang tahun..”
“tiup lilinnya.. tiup lilinnya.. tiup lilinnya sekarang juga, sekaraaanng juuuga, sekaraaaang jugaa…”
“potong kuenya.. potong kuenya, potong kuenya sekarang juga, sekaraaang juuuugaaa…”
“happy birthday to you…”
“happy birthday, happy birthday, happy birthday lovely…”
“selamat ulang tahun…”
“selamat ulang tahun…”
“selamat ulang tahun sayang.. selamat ulang tahun..”
“tiup lilinnya.. tiup lilinnya.. tiup lilinnya sekarang juga, sekaraaanng juuuga, sekaraaaang jugaa…”
“potong kuenya.. potong kuenya, potong kuenya sekarang juga, sekaraaang juuuugaaa…”
Tepuk tangan dari semua teman-teman wahyudi bersama dengan wanita
bertubuh tinggi semampai itu, dan semua pertanyaanklu terjawab sudah
yang ternyata adalah ibu kandung wahyudi yang baru saja pulang dari
Saudi Arabia, ikut mengiringi tetesan air mataku yang sudah tak sanggup
lagi ku menahannya, terus mengalir. Namun saat ini bukan tetesan air
mata kepedihan lagi, melainkan tetesan air mata kebahagiaan.
Cerpen Karangan: Dwi Damayanti
Facebook: Dwidamayanti11ips1[-at-]hotmail.com
Facebook: Dwidamayanti11ips1[-at-]hotmail.com
No comments:
Post a Comment