Pagi ini kusambut mentari pagi. Kulangkahkan kaki menuju sekolah,
meski tak ada lagi yang mengantarku. Tak seperti dulu saat ayah di sisi
ku Ia akan menyambut pagi ini dengan bunyi klakson motornya yang berisik
tanda ia terlalu lama menunggu. Bunda akan melihatku dan mengantarku
hingga di depan pintu dengan senyuman hangatnya.
Yahh, tapi itu dulu, saat ayah ada di antara kami, kini tak ada lagi senyuman hangat dari bunda, yang ada hanyalah muka letih karena terlalu lelah bekerja, yang ada hanyalah kerut muka tanda bertambah usia.
Yahh, tapi itu dulu, saat ayah ada di antara kami, kini tak ada lagi senyuman hangat dari bunda, yang ada hanyalah muka letih karena terlalu lelah bekerja, yang ada hanyalah kerut muka tanda bertambah usia.
Dulu aku berfikir betapa menyebalkan ayah dengan segala peraturan
yang dibuatnya, tapi kini aku merindukan segala tutur katanya, betapa
lembut belaian darinya, bahkan harum tubuhnya pun kini aku rindukan. Aku
menyadari betapa pentingnya ia di hidupku, kini pelita itu telah hilang
seolah pergi tanpa bayang. yang kucari tak lagi dapat kutemukan hanya
angan yang tersisa.
Saat kepergian ayah, kurasakan kehilangan yang luar biasa, hatiku
bergejolak, tapi kulihat Bunda ia seolah ingin melawan takdir, hatinya
begitu tersayat, raungan kepedihan begitu mendalam di hatinya, berkali
kali ia pingsan, menyebut nama ayah tanpa sadar.
Yah, lagi lagi itu dulu, kini aku bersama bunda memulai hidup baru,
memulai menata hidup kami kembali, kini aku mulai menyongsong masa depan
lagi lagi “Meski Tanpa Ayah” di sisi. Bunda mulai menerima kenyataan
bahwa ayah telah tiada bersama kami. Bayang-bayang suara ayah akan
keinginanya untuk agar aku menjadi dokter semakin membangkitkan emosi.
Ayah, lihatlah aku, meski tanpamu kini aku bisa berdiri, dan meraih
impian, tapi ini semua tak lepas dari keinginanmu. Love you ayah..
Cerpen Karangan: Kharisma Titah Utami
Facebook: Sii kharisma titahh utami
Facebook: Sii kharisma titahh utami
No comments:
Post a Comment